Tuesday, December 23, 2008

Cinderella


Pada jaman dahulu ada seorang pria yang menikahi wanita yang paling sombong dan tinggi hati di negeri itu. Ini pernikahan kedua kalinya bagi wanita itu. Dengan suami pertamanya, ia memiliki dua anak perempuan yang memiliki watak persis ibunya, sombong dan angkuh. Dengan isteri pertamanya, pria ini memiliki seorang anak perempuan yang memiliki watak yang sangat baik yang ia warisi dari ibu kandungnya. Ibunya seorang wanita yang paling baik sifatnya di seluruh negeri.

Tak lama setelah perayaan pernikahan mereka, sang ibu tiri mulai menunjukkan sifat-sifat aslinya. Ia tidak senang dengan kelebihan-kelebihan anak tirinya yang cantik itu, terutama karena kelebihan-kelebihan itu membuat kedua putri kandungnya tampak tidak ada nilainya. Ia menyuruh gadis manis itu mengerjakan pekerjaan rumah yang paling kotor, seperti mencuci peralatan dapur, membersihkan meja makan dan mengepel kamar ibu tirinya dan juga kamar kedua saudara tirinya. Ia diberi tempat tidur di gudang yang sangat tidak layak di atas tumpukan jerami. Sementara kedua saudara tirinya menempati kamar-kamar tidur yang mewah dengan ranjang model terbaru, juga disediakan cermin besar sehingga dapat memandang diri mereka dari kepala sampai kaki.

Namun gadis yang baik hati ini menerima semua perlakuan ini dengan sabar. Dia tidak berani menceritakan kepada ayahnya. Ia pasti akan menyalahkan dirinya karena ayahnya lebih patuh kepada isteri keduanya. Bila ia bekerja, ia biasa pergi ke dalam cerobong asap, duduk diantara arang dan abu. Itulah sebabnya mengapa mereka menyebutnya Cinderwench (Gadis Arang). Tapi saudara tirinya yang lebih muda, yang tidak sekasar dan sekeji kakaknya, menyebutnya Cinderrella. Sekalipun mengenakan pakaian jembel, Cinderella seratus kali lebih cantik daripada kedua saudara, meski mereka mengenakan pakaian mewah.

Pada suatu hari, sang putra mahkota mengadakan pesta dansa dan mengundang semua orang ke pesta itu. Kedua saudara tiri Cinderella juga diundang karena mereka berusaha mempercantik wajahnya. Mereka senang menerima undangan putra mahkota dan sangat sibuk memilih gaun, rok dan hiasan kepala yang mungkin cocok guna menghadiri undangan itu. Ini masalah baru bagi Cinderella karena dialah yang harus menyetrika dan melipat kerutan pakaian saudara-saudara tirinya. Sementara keduanya tidak mau bekerja sedikitpun selain berdandan untuk memenuhi undangan putra mahkota kerajaan.

"Untukku," kata saudaranya yang tertua, "aku akan mengenakan setelan beludru merahku dengan hiasan Perancis."

"Dan aku," kata saudara yang lebih muda, "akan mengenakan rok sutera yang biasa kupakai. Tapi memberikan sentuhan baru, aku akan memakai jam tangan dengan bunga emasa dan kalung intanku yang berbeda dari kalung-kalung kebanyakan."

Mereka menyuruh pembuat topi wanita mendandani hiasan-hiasan kepala dan mengatur topi mereka dengan jumbai ganda dan memesan gincu, pemerah pipi dan peralatan kecantikan dari Mademoiselle de la Poche.

Cinderella juga dimintai nasihatnya dalam semua hal karena ia memiliki banyak gagasan cemerlang. Dan Cinderella pun memberikan saran-sarannya bagaimana mendandani rambut saudara-saudara tirinya. Keduanya berharap Cinderella mau menuruti perintahnya. Saat sedang mendandani saudara-saudaranya, mereka berkata, "Cinderella, apakah kau tak ingin pergi ke pesta dansa itu?"

"Aduh," jawab Cinderella, "orang macam aku tak pantas hadir ke pesta semacam itu."

"Kau benar," jawab mereka. "Orang-orang akan tertawa melihat gadis arang di sebuah pesta dansa istana."

Saking senangnya, kedua saudara Cinderella hampir dua hari tidak makan. Untuk mendapatkan bentuk tubuh yang indah dan lebih langsing, mereka merusak hampir selusin renda agar tubuh tampak langsing dan tak henti-hentinya berada di depan cerminnya.

Akhirnya tibalah hari yang dinanti-nanti itu. Mereka berdua pergi ke istana dan Cinderella mengikuti kepergian kedua saudara tirinya itu dengan air mata yang dia tahan sedapat mungkin dan ketika kedua saudaranya sudah tidak kelihatan lagi, barulah Cinderella menangis.

Ibu asuhnya mendapati Cinderella sedang menangis dan bertanya apa yang dia risaukan. "Seandainya saja, seandainya saja…," tapi Cinderella tak kuasa melanjutkan kata-katanya. Ia terus menangis dan terisak-isak.

Ibu asuhnya, yang sesungguhnya seorang peri, berkata, "Kau ingin pergi ke pesta itu, bukan?"

"Ya," jawab Cinderella lirih di sela-sela tangisnya.

"Baiklah," kata ibu asuhnya, "jadilah gadis yang baik, serahkan segalanya padaku. Aku akan mengaturnya sehingga kau dapat menghadiri pesta itu!" Kemudian ia berkata kepada Cinderella, "Pergilah ke kebun dan ambillah satu buah labu."

Cinderella bergegas ke kebun untuk mengambil buah labu terbaik dan membawanya ke ibu asuhnya. Ia tak habis mengerti bagaimana mungkin buah labu ini dapat membantunya pergi ke pesta itu. Ibu asuhnya mengeluarkan isi buah labu sampai tersisa kulitnya saja. Kemudian ia memukul buah labu itu dengan tongkat sihirnya. Seketika itu pula, buah labu itu berubah menjadi sebuah kereta nan amat indah. Lalu ia mengambil enam ekor tikus dalam perangkap. Ia menyuruh Cinderella membuka pintu perangkap itu dan setelah semua tikus keluar dari perangkat dengan sentuhan tongkat sihirnya, keenam tikus itu berubah menjadi enam ekor kuda yang bagus dengan bulu-bulu tengkuk berwarna pirang.

Bingung memikirkan siapa yang akan menjadi kusir keretanya, Cinderella berkata, "Aku akan mencari apakah dalam perangkap itu masih ada seekor tikus. Kita bisa menjadikannya kusir."

"Baiklah," jawab ibu asuhnya. "Pergi dan carilah."

Cinderella membawa perangkap tikur itu kepada ibu asuhnya. Ternyata di dalam perangkap itu masih ada tiga ekor tikus besar-besar. Sang peri memilih salah satu tikus yang memiliki kumis paling besar, dan dengan sekali sentuh dengan tongkat sihirnya, tikur itu berubah menjadi seorang kusir yang tegap dengan kumis paling menawan yang pernah dilihat mata. Kemudian ia berkata kepada Cinderella, "Pergilah ke kebun. Carilah enam ekor cecak dan bawa cecak-cecak itu padaku."

Cinderella cepat-cepat kembali ke kebun dan mencari apa yang diperintahkan kepadanya, menyerahkan cecak-cecak itu ke ibu asuhnya yang langsung mengubahnya menjadi enam pelayan laki-laki, yang berjalan di belakang kereta. Pakaian mereka berhiaskan perak dan emas.

Setelah lengkap, berkatalah sang peri kepada Cinderella, "Nah, Cinderella, inilah kendaraan yang akan membawamu ke pesta dansa itu."

"Oh, ya?" teriak Cinderella, "tapi apakah aku harus pergi dengan pakaian compang-camping seperti ini?"

Ibu asuhnya lalu menyentuhkan tongkat sihirnya dan seketika itu pula berubahlah pakaian-pakaian Cinderella yang lusuh menjadi pakaian mewah dan indah terbuat dari perak. Semuanya dihiasi emas dan permata yang berkilauan. Kemduain sang peri memberi Cinderella sepasang sepatu kaca, sepatu tercantik di seluruh dunia. Setelah berdandan, kini Cinderella seperti puteri bangsawan yang cantik tak terperikan. Ia naik ke atas kereta dan siap berangkat.

Sebelum berangkat, ibu asuhnya berkata, "Ingat pesanku Cinderella. Apapun yang terjadi, kau harus meninggalkan pesta dansa itu bila tengah malam tiba. Jika kau melanggarnya, kereta itu akan berubah menjadi buah labu lagi, kuda-kudamu akan berubah menjadi tikus, si kusir akan kembali menjadi tikus besar dan pelayan-pelayanmu akan menjadi cecak-cecak lagi. Dan pakaianmu yang indah itu akan kembali ke pakaian compang-campingmu seperti semula."

Cinderella berjanji kepada ibu asuhnya bahwa ia akan segera meninggalkan pesta dansa sebelum tengah malam. Kemudian Cinderella pun berangkat mengendarai keretanya. Cinderella hampir-hampir tidak bisa menahan diri karena gembira tiada tara.


Perhelatan pesta dansa berlangsung dengan meriah dan dihadiri oleh semua bangsawan kerajaan. Juga para undangan yang mengenakan pakaian indah dan mewah. Mereka berdandan secantik mungkin karena dalam hati mereka ingin dipersunting oleh putra mahkota. Juga tampak kedua saudara Cinderella. Di tengah pesta dansa itu, putra mahkota diberitahu bahwa seorang Putri nan cantik, yang tak diketahui asalnya, telah datang. Putra mahkota segera berlari menyambutnya. Ia memberikan tangannya untuk memandu sang Putri turun dari kereta dan menuntunnya memasuki ruangan pesta melewati orang-orang yang hadir. Seketika itu pula suasana berubah menjadi sunyi; para undangan berhenti menari, biola-biola berhenti dimainkan. Setiap orang amat terpesona oleh kecantikan luar biasa puteri yang belum mereka kenal itu. Tak ada kata-kata yang terdengar kecuali, "Ha! Cantik nian dia! Betapa eloknya puteri itu!"

Raja sendiri, sekalipun sudah tua, tak kuasa menahan diri untuk tak melihatnya. Ia mengatakan kepada sang Ratu sudah lama dia tidak melihat seorang putri secantik dia. Semua wanita sibuk mengamati pakaian dan hiasan kepalanya. Mereka hendak meniru polanya untuk pakaian-pakaian mereka sendiri asal menemukan bahan-bahan seindah itu dan tangan-tangan terampil untuk membuatnya.

Putra mahkota mengajaknya duduk di kursi kehormatan. Beberapa saat kemudian, putra mahkota mengajaknya berdansa. Mereka berdua berdansa. Cinderella manari degnan lemah-gemulai sehingga semua undangan semakin mengaguminya. Makan malam yang lezat dan beranekaragam telah dihidangkan, namun Putra Mahkota tidak menyentuh sedikitpun makanan itu karena ia mengagumi kecantikan Cinderella. Ketika Cinderella sedang bercakap-cakap dengan kedua saudara tirinya, tiba-tiba terdengar lonceng berdentang. Sekarang sudah jam sebelas empat puluh lima menit. Cinderella segera memberikan penghormatan kepada semua undangan dan bergegas pergi meninggalkan pesta itu secepat mungkin.


Sesampainya di rumah, ia segera menemui ibu asuhnya. Setelah mengucapkan terima kasih, Cinderella berkata bahwa ia sangat ingin menghadiri pesta dansa itu besok malam karena putra mahkota memintanya untuk datang kembali. Ketika Cinderella sedang menceriterakan semua yang terjadi malam itu, kedua saudaranya mengetuk pintu dan Cinderella pun berlari membukakan pintu.

"Betapa lamanya kalian di pesta dansa itu!" teriaknya sambil menggosok kedua matanya dan menggeliat seolah-olah baru bangun tidur. (Tentu saja, Cinderella belum tidur sedetikpun sejak mereka meninggalkan rumah.)

"Seandainya kau berada di sana," kata salah satu saudara perempuannya, "kau pasti tidak merasa bosan sedetikpun. Tiba-tiba datang seorang Puteri yang baik hati. Parasnya sangat cantik bahkan di mata orang yang telah mati sekalipun. Ia mengajari kami kesopanan dan menawari jeruk dan lemon."

Cinderella pura-pura tidak memperhatikan, tapi ia bertanya siapa nama sang Puteri itu. Mereka tidak mengetahui nama sang puteri dan putra mahkota akan memberitahu suluruh dunia siapa nama Puteri itu. Mendengar jawaban saudaranya, Cinderella tersenyum. Jawabnya, "Jadi, dia pasti sangat cantik. Betapa bahagianya kalian! Apakah aku bisa melihatnya? Ah, Nona Charlotte, pinjamkan pakaian kuning yang biasa kau kenakan setiap hari itu."

"Ah, yang benar saja," jawab saudaranya, "meminjamkan pakaianku kepada gadis arang dekil sepertimu! Apa aku sudah sebodoh itu."

Jawaban seperti itulah yang sebenarnya diharapkan Cinderella. Dia senang dengan penolakan saudaranya karena pasti saudaranya tidak akan meminjami pakaiannya kepadanya, sekalipun dia memintanya dengan senda-gurau.

Malam berikutnya kedua saudara perempuan Cinderella pergi ke pesta dansa. Begitu juga Cinderella, malam ini dia berdandan lebih indah dari malam sebelumnya. Putra mahkota selalu berada di sisinya. Ia tidak pernah berhenti memuji Cinderella. Gaya bicaranya sangat sopan dan ramah. Perilaku putra mahkota membuatnya lupa dengan apa yang diperingatkan ibu asuhnya. Ketika malam semakin larut, lonceng berdentang dua belas kali. Cinderella mengira malam belum terlalu larut, belum lagi jam sebelas. Menyadari ia telah mengabaikan perintah ibu angkatnya, Cinderella bangkit dan berlarisecepat rusa.

Putera Mahkota mencoba mengikutinya, tapi tak bisa menahannya. Saking terburu-buru, sepatu kaca Cinderella terlepas satu. Kecewa karena tidak bisa menahan pujaan hatinya, putera mahkota mengambil sepatu kaca yang tertinggal itu dengan hati-hati. Cinderella sampai di rumah terengah-tengah dan kini pakaian telah berubah menjadi pakaian tua yang compang-camping. Tidak ada lagi kemewahan seperti malam sebelumnya. Tidak ada kereta kebesaran; tidak ada lagi pengawal dan kusir yang tampan atau kuda-kuda yang gagah, kecuali sepatu kaca yang masih dia pakai. Itupun hanya satu, satunya secara tidak sengaja tertinggal di istana putra mahkota.

Kepada penjaga gerbang istana, putra mahkita bertanya apakah mereka melihat seorang Puteri keluar dari pesta dansa. Mereka hanya melihat seorang gadis muda berpakaian sangat miskin. Wajahnya bukan dari keluarga bangsawan, tapi lebih mirip gadis desa.

Ketika kedua saudaranya kembali dari pesta, Cinderella bertanya apakah mereka memperoleh perlakuan yang baik dan apakah wanita yang baik hati itu ada di sana. Keduanya menjawab, "Ya, ia hadir lagi malam ini. Sikapnya sangat bijak seperti malam sebelumnya. Tapi dia pergi terburu-buru ketika jam berdentang dua belas kali. Saking terburu-burunya, sebuah sepatu kacanya tertinggal. Sepatu itu dipungut putra mahkota. Putra mahkota tak melakukan apa-apa selain memandangi sepatu kaca itu. Tampaknya dia sangat mencinta puteri nan cantik itu. Pemilik sepatu kaca yang tertinggal itu."

Benarlah apa yang mereka katakan. Beberapa hari kemudian putera mahkota mengeluarkan pengumuman bahwa ia akan menikahi gadis yang kakinya pas dengan sepatu kaca ini. Putera mahkota yang sedang menunggu gadis pemilik sepatu kaca itu mulai mencoba mengenakan sepatu kaca itu kepada para puteri raja; juga puteri-puteri bangsawan kerajaan. Namun sia-sia belaka, tidak ada yang cocok. Sepatu itu juga dibawa kepada kedua saudara Cinderella. Keduany berusaha melakukan apa saja agar kaki mereka bisa masuk ke dalam sepatu itu. Tapi tidak berhasil. Cinderella, yang mengetahui sepatu itu pasangan miliknya, sambil tersenyum berkata kepada pembawa sepatu dari kerajaan, "Apakah saya boleh mencoba sepatu itu?"

Kedua saudara tirinya tertawa dan mulai menghinanya dengan perkataan yang menyakitkan hati. Pembawa sepatu kerajaan mengamati dengan bersungguh-sungguh Cinderella. Tahulah dia Cinderella ternyata sangat cantik. Menurut titah putra mahkota siapa saja diperkanankan mencoba sepatu kaca itu dan tidak adil jika Cinderella tidak diberi kesempatan mencobanya.

Ia meminta Cinderella duduk. Ketika memasangkan sepatu kaca itu pada kaki Cinderella, tahulah dia bahwa sepatu kaca itu dengan mudah bisa dimasuki dan pas di kaki Cinderella seolah-olah terbuat dari lilin. Kedua saudara perempuannya terkejut. Lebih terkejut lagi ketika Cinderella mengeluarkan sepasang sepatu satunya dari sakunya. Pada saat itu muncullah ibu perinya. Dengan menyentuhkan tongkat ajabinya ke pakaian Cinderella, seketika itu pula pakaian Cinderella berubah lebih indah dan anggun daripada pakaian-pakaian yang pernah ia kenakan sebelumnya.

Kedua saudara perempuannya bersujud di kakinya seraya minta ampun atas semua perlakuan menyakitkan yang telah mereka lakukan terhadapnya. Cinderella memeluk keduanya dan, dalam deraian air matanya, Cinderella mengatakan bahwa ia memaafkan mereka sepenuh hati dan tetap berharap keduanya tetap selalu menyayanginya.

Kemudian Cinderella dibawa ke kerajaan untuk bertemu dengan putra mahkota. Di mata putra mahkota, Cinderella semakin cantik daripada sebelumnya. Beberapa hari sesudahnya, mereka menikah. Pesta pernikahan sang putra mahkota dan Cinderella dirayakan oleh segenap rakyat kerajaan dan dihadiri para bangsawan kerajaan. Cinderella, yang kebaikannya hatinya tidak berbeda dengan kecantikan wajahnya, mengajak kedua saudara perempuannya untuk tinggal di istana. Keduanya diberi istana-istana sendiri dan di hari yang sama, dia menjodohkan keduanya dengan bangsawan-bangsawan istana. Cinderella dan putra mahkota hidup bahagia untuk selama-lamanya.

CHARLES PERRAULT, ANDREW LANG COLLECTION.

Illustrasi oleh : Margareth Tarrant,Ella Dolbear Lee

0 comments:

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Blogger template Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP